This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday, November 19, 2011

http://www.4shared.com/folder/b69YTt_5/_online.html


Klik link di atas untuk download ststistik, bab 5,6,7

Saturday, November 5, 2011

NOMOR 9 (Menurut anda bagaimana perkembangan pembelajaran matematika disekolah, dan tantangan apa saja yang mungkin dihadapi baik dari segi input, proses, output maupunsistempendidikan di Indonesia)

    9. Menurut saya perkembangan matematika di sekolah khususnya di Indonesia  belum menunjukan sebuah konsistensi yang merata hal ini terjadi karena adanya berbagai kendala-kendala yang terjadi mulai dari segi input, proses, ouput dan sistem pendidikan.
A.    Tantangan dipandang dari segi input
            Input adalah kejadian pertama yag menggambarkan siswa yang memiliki sejumlah materi prasyarat dari konsep yang akan dipelajari, sikap, dan motivasi dalam belajar. Sedangkan dari pihak guru merupakan persiapan yang harus direncanakan dengan baik meliputi pegetahuan prasyarat yang telah dimiliki siswa, pedekatan/strategi/metode dan teknik dan sarana belajar. Jadi tantangan dari segi input adalah :
a.       siswa yang tidak memliki sejumlah materi prasyarat dari konsep yang akan dipelajari, sikap, dan motivasi dalam belajar.
b.      Guru yang tidak memiliki mulai dari persiapan, strategi, metode, teknik, pendekatan dan sarana yang cukup untuk mendidik seorang siswa.
B.     Tantangan dipandang dari segi proses
            Proses adalah kegiatan menggambarkan proses belajar mengajar. Pihak guru harus pada kejadian ini harus berusaha semaksimal mungkin agar siswa merasa siap, senang, dan termotivasi. Saat terjadi proses pembelajaran dapat dikelompokan menjadi 3 macam yaitu penanaman konsep, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan.
a.       Tantangan dalam penanaman konsep
Adanya guru yang tidak memilih dan menjabarkan sebuah materi dalam pengajaran. dan materi yang disampaikan harus sesuai dengan jenjang tinkat pendidikan. Dan harus adanya pengelolaan waktu yang baik oleh guru sehingga dapat memaksimalkan proses belajar.
b.      Tantangan dalam pemahaman konsep
Di dalam proses ini perlu adanya pemahaman dan perluasan pengetahuan siswa serta terapan dan komunikasi untuk memecahkan masalah dari konsep yang dipelajari.
c.       Tantangan dalam pembinaan keterampilan
Tujuan dari proses ini adalah melatih siswa untuk menggunakan konsep yang didapatkan untuk memecahkan masalah. Pembinaan ini dapat dilakukan dengan mencongkak, berlomba, soal cerita, dan pemecahan masalah.
C.     Tantangan di pandang dari segi output
            Hasil dari pembelajaran adalah siswa harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap yang didapatkan dari proses tersebut. tetapi pada kenyataanya hasil yang didapatkan berbanding terbalik dengan pernyataan tersebut. dan ini sebuah trauma yang belum dapat diselesaikan secara keseluruhan.
D.    Tantangan di pandang dari segi sistem pendidikan
            Sistem pendidikan di Indonesia yang sering berubah dari proses pembelajaran tradisonal menjadi modern dan kembali lagi ke gerakan back to basic membuat siswa dan guru tidak dapat menyesuaikan kondisi tersebut. adanya berubahan kurikulum tiap tahun cukup menggangu guru untuk menerapkan model dan metode pembelajaran yang efektif dikelas. Sehingga akan berdampak buruk terhadap siswa. Sedangkan di siswa adanya pergantian kurikulum berarti pergantinya buku, sehingga akan memberatkan orang tua siswa dalam melaksanakan kewajiban dalam pendidikan. 

NOMOR 8 (Pada sebuah sekolah kelas VII SMP dengan siswa berjumlah 30 siswa akan diajarkan tentang konsep perbandingan yang berkaitan dengan skala, jarak dan kecepatan. Sebutkan dan jelaskan metode pembelajaran yang cocok dipakai dalam kelas ini, sebutkan dan jelaskan model pembelajaran yang menarik dipakai pada kelas ini, buatlah langkah-langkah pembelajaran yang mungkin dilakukan)

      8.  Metode pembelajaran yang cocok digunakan pada kelas tersebut adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah dan ekspositori. Kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru dan guru mendominasi pada kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada metode demonstrasi aktivitas murid lebih banyak dilibatkan dengan demikian dominasi guru lebih berkurang lagi. Ciri khas metode demonstrasi tampak dari adanya penonjolan mengenai adanya suatu kemampuan misalnya menggunakan alat peraga dalam menghitung perbandingan yang berhubungan dengan skala, jarak, dan kecepatan. Setelah demonstrasi  selesai hendaknya disusul dengan kegiatan diskusi. Dalam diskusi ini dapat diberikan atau diminta komentar, kritik, saran, dan penjelasan yang berhubungan dengan demonstrasi tersebut.
Model pembelajaran yang cocok digunakan adalah model simulasi. Simulasi sebagai belajar mengajar merupakan penerapan dari prinsip cybernetics dalam dunia pendidikan. Para ahli psikologi cybernetika membuat analogi antara manusia dan mesin dan mengkonseptualisasikan pada belajar sebagai sistem umpan balik yang mengatur sendiri dan mengontrol sendiri. Sehingga dapat membangkitkan gerakan dan mengendalikan sendiri melalui mekanisme umpan balik. Seperti gerakan berpikir, berprilaku simbolik, dan berperilaku nyata. Sehingga dalam pengerjaan konsep perbandingan adanya dunia simulator pada anak.
Langkah-langkah pembelajaran yang mungkin dilakukan
A.    Tahap  orientasi
Menyajikan berbagai topik persoalan. Contohnya pemecahan masalah dalam persoalan konsep perbandingan. Setelah memberikan masalah guru diharapkan memberikan sebuah demonstrasi dan gambaran teknis awal sehingga siswa dapat memahami masalah tersebut.
B.     Latihan bagi peserta didik
Membuat sebuah konsep yang memberikan sebuah gambaran dengan alat peraga seperti sebuah sumulasi kecepatan sebuah mobil yang dirakit sedemikian mungkin, timbangan sebagai model perbandingan, sebuah alat-alat tulis yang lengkap, peta skala besar, dan sebuah program comparation simulation.
C.     Proses simulasi
Melaksanakan sebuah pembelajaran secara induktif dengan memberikan sebuah proses praktek sehingga otak kanan anak dapat berjalan dengan baik sehingga tidak membuat anak menjadi bosan akan pelajaran matematika yang konsepnya berupa pengukuran.
D.    Debriefing
Memberikan sebuah ringkasan menenai proses simulasi tersebut dan kesulitan yang dihadapi serta menganalisi proses dengan melakukan penarikan kesimpulan. Dengan hal tersebut anak dapat membandingkan antara kejadian secara demon dengan actual bagaimana prinsip konsep perbandingan tersebut diterapkan. Setelah tahap tersebut selesai lakukan dengan memberikan sebuah pemaparan tentang komsep perbandingan secara sistematis serta lakukan latihan soal untuk meningkatkan pemahaman siswa tersebut.

NOMOR 7 (Sebutkan dan jelaskan teori belajar aliran psikologi tingkah laku)

           7.     Aliran Psikologi Tingkah laku
             Beberapa teori tentang aliran psikologi tingkah laku yang dikemukakan oleh beberapa ahli  antara lain :
A.     Teori Thorndike
Edward L. Thorndike (1874-1949) mengemukan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan sebutan law of effect. Menurut  hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respon murid terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Teori belajar stimulus respon yang dikemukakan oleh thorndike ini disebut juga koneksionisme,teori ini mengatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil:
a.       Hukum Kesiapan (Law Of Readiness)
Yaitu menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak dalam melakukan suatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai kecenderungan untuk bertindak atau melakukan kegiatan tertentu dan kemudian dia benar melakukan kegiatan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya. Tindakan-tindakan lain yang dia lakukan tidak menimbulkan kepuasan bagi dirinya.
b.      Hukum Latihan (Law Of Exercise) dan Hukum Akibat (Law Of Effect).
Hukum latihan menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering terjadi, akibatnya hubungan akan semakian kuat. Sedangkan makin jarang hubungan stimulus respon dipergunakan maka makin lemahnya hubungan yang terjadi. Dalam hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan yang terlahir dari adanya ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan bagi anak, dan anak cenderung untuk berusaha melakukan atau meningkatkan apa yang telah dicapainya itu. Guru yang memberi senyuman wajar terhadap jawaban anak, akan semakin menguatkan konsep yang tertanam pada diri anak. Kata-kata “ Bagus”, “Hebat” , ”Kau sangat teliti” dan semacamnya akan merupakan hadiah bagi anak yang kelak akan meningkatkan dirinya dalam menguasai pelajaran.

Disamping itu, Thorndike mengutamakan pula bahwa kualitas dan kuantitas hasil belajar siswa tergantung dari kualitas dan kuantitas Stimulus-Respon (SR) dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Makin banyak dan makin baik kualitas S-R itu (yang diberikan guru) makin banyak dan makin baik pula hasil belajar siswa. Implikasi dari aliran pengaitan ini dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari adalah bahwa:
·               Dalam menjelaskan suatu konsep tertentu, guru sebaiknya mengambil contoh yang sekiranya sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alat peraga dari alam sekitar akan lebih dihayati.
·               Metode pemberian tugas, metode latihan (drill dan practicc) akan lebih cocok. Karna siswa akan lebih banyak mendapatkan stimulus sehingga respons yang diberikan pun akan lebih banyak.
·               Dalam kurikulum, materi disusun dari materi yang mudah, sedang, dan sukar sesuai dengan tingkat kelas dan tingkat sekolah. Penguasaan materi yang lebih mudah sebagai akibat untuk dapat menguasai materi yang lebih sukar.
B.     Teori Skinner
Dalam bagian ini akan diuraikan teori belajar menurut skinner. Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku anak dalam melakukan pengulangan perilakunya itu. Untuk mengubah tingkah laku anak dari negatif menjadi positif, guru perlu mengetahui psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan dan mengendalikan tingkah laku anak.
Skinner menambahkan bahwa jika respon siswa baik ( menunjang efektivitas pencapaian tujuan) harus segera diberikan penguatan positif agar respon tersebut lebih baik lagi, atau minimal perbuatan baik itu dipertahankan.
C.     Teori Ausubel
Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ia membedakan belajar menemukan dengan belajar menerima, jadi tinggal menghafalnya. Tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja. Selain itu untuk dapat membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna.
Pada belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya, tetapi pada belajar bermakna materi yang diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajar lebih dimengerti. Selanjutnya bahwa Ausubel mengemukan bahwa metode ekspositori adalah metode mengajar yang baik dan bermakna. Hal ini dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya. Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau bermakna.
Misalnya dalam mempelajari konsep Pitagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk akhir c2= b2+a2 sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan lebih bermakna.
D.    Teori Gagne
Menurut Gagne dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh langsung oleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tidak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek lansung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.
Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti lambang bilangan, sudut, dan notasi-notasi matematika lainnya. Kemampuan berupa memberikan jawaban dengan tepat dan cepat,misalnya melakukan pembagian bilangan yang cukup besar dengan bagi kurang,menjumlahkan pecahan,melukis sumbu sebuah ruas garis.
Konsep adalah ilmu abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan noncontoh misalkan konsep, bujur sangkar, bilangan prima, himpunan, dan fektor.
Aturan adalah objek yang paling abstrak yang berupa sifat dan teorema. Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan menjadi delapan titik belajar yaitu: belajar isyarat , stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah.
Dalam pemecahan masalah biasanya ada 5 langkah yang harus dilakukan. Yaitu :
a.       Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
b.      Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional.
c.       Menyusun hipotesis hipotesis alternattif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik.
d.      Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya.
e.   Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
E.     Teori Pavlov
Pavlof terkenal dengan teori belajar klasik. Ia melakukan percobaan terhadap seekor anjing, anjing itu dikurung dalam suatu kandang dalam waktu tertentu dan diberi makan. Selanjutnya, setiap akan diberi makan Pavlov membunyikan bel, ia memperhatikan bahwa setiap dibunyikan berl pada waktu tertentu anjing itu mangeluarkan air liurnya, walaupun tidak diberi makanan.
Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan atau conditioning. Dalam hubugannya dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan soal peekerjaan rumah dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya, menjelaskannya, atau memberi nilai terhadap hasil pekerjaannya.
F.      Teori Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan santun, tingkah laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematis, maka siswa akan menirunya.  Jika contoh yang dilihat kurang baik maka ia pun akan menirunya.

NOMOR 6 (Apa perbedaan antara belajar dan pembelajaran, berikan satu contoh kasus belajar dan satu contoh kasus pembelajaran)

        7. Belajar dan pembelajaran memiliki perbedaan yang sangat signifikan, belajar adalah segenap rangkaian                                 kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna. Contohnya, saat anak yang duduk dibangku  SMA kelas XII tidak mengerti tentang integral maka si anak akan mencari buku tentang integral lalu membacanya sehingga ia akan berlatih untuk mengerjakan soal-soal tentang integral dan akhirnya ia akan dapat memahami materi tersebut hal ini lah yang dikatakan belajar karena secara sadar anak tersebu melakukan aktivitas itu dan mengakibatkan terjadinya penambahan pengetahuan pada diri sang anak.
       Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Contoh sederhana suatu pembelajaran adalah saat sang anak yang tidak memahami integral kemudian anak tersebut bertanya kepada sang guru. Guru tersebut akan menjelaskan tentang integral, untuk mengetahui apakah sang anak mengerti penjelasan sang guru maka sang guru akan menyuruhnya mencoba soal-soal latihan tentang integral. Lalu jika sang anak dapat mengerjakannya maka proses pemerolehan atau pemberian ilmu berhasil..

NOMOR 5 (Jelaskan 4 tahap perkembangan kognitif dari individu menurut Piaget)

      5. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
   Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia antara lain :
A.    Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
·         Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
·         Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
·         Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
·         Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
·         Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
·         Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
Selama tahap 1 dan 2, bayi-bayi tidak memiliki  konsepsi objek apapun diluar mereka. Namun begitu, di tahap 3 bayi menjadi tertarik pada dunia eksternal. Jika sebuah objek dijatuhkan dihadapan bayi, mereka sekarang akan melihat ketempat dimana objek itu jatuh. Tahap 4 menandai awal pengertian sejati permanensi objek. Bayi-bayi sekarang dapat menemukan objek-objek yang tersembunyi sepenuhnya. Ditahap 5, anak-anak bisa mengikuti serangkaian pemindahan, namun selama mereka melihat kita melakukannya. Baru pada tahap 6 anak-anak dapat mengikuti serangkaian pemindahan yang tidak tampak.
B.     Tahapan Praoperasional (usia 2-7 tahun)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
C.     Tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
·         Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
·         Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
·         Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
·         Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
·         Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
·         Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan gambar yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
D.    Tahap Operasional Formal (usia 11-dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

NOMOR 4 (Menurut anda apa saja masalah yang dihadapi dalam Pembelajaran matematika di sekolah, bagaimana cara menghadapinya)

     4. Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika terdiri dari beberapa aspek yaitu dari siswa dan guru ataupun dari media pembelajaran. Masalah pembelajaran matematika sering kali menjadi sebuah probelamatika yang tidak bisa diatasi dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut antara lain :
UTS MANTAP
A.    Masalah yang dihadapi oleh siswa
a.       Masalah mental
            Adanya ketidakpercayaan diri siswa terhadap pelajaran matematika, karena sudah tertanam dalam diri siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat rumit.
b.      Masalah Tingkat Kecerdasan
         Seorang anak yang memliki IQ yang rendah akan berdampak pada tingkat konsentrasi dan penangkapan anak dalam memahami pelajaran matematika yang pada umumnya bermain dengan angka.
c.       Masalah ketidakdisplinan anak (malas)
         Sesorang anak yang tidak displin dikarenakan adanya faktor ketidaksukaan anak dalam pelajaran matematika sehingga berdampak pada kemalasan anak dalam proses pembelajaran matematika.
         Dari masalah tersebut maka sebagai calon guru solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan sebuah motivasi, pencerahan dan pendekatan terhadap siswa, sehingga siswa tersebut dapat lebih percaya diri dan suka walaupun tingkat kecerdasan siswa rendah sehingga anak tersebut dapat mengikuti proses pembelajaran matematika dengan baik.
B.     Masalah yang dihadapi guru
a.       Faktor kemampuan dan kesiapan guru
         Beberapa guru tidak memiliki standar kelayakan sebagai guru , sehingga siswa yang mendapatkan pengajaran matematika tidak dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Para guru tersebut terkadang tidak memiliki sebuah standar kompentensi kemampuan sehingga tidak adanya proses transfer ilmu ke siswa sehingga mereka bukan bertambah pintar tetapi malah tidak memahami pelajaran matematika.
b.      Faktor ekonimis
         Banyak calon guru yang sebenarnya tidak memilki kompentensi ikut berpartisipasi sebagai guru karena alasan materi, pada era ini gaji guru yang melambung tinggi merupakan salah satu faktor penting adanya ledakan mahasiswa untuk menjadi guru. Sehingga banyak lulusan tidak berperan sebagai pendidik malah hanya sebagai pekerja paruh yang mencari nafkah untuk dirinya sendiri.
c.       Ketidakdisiplinan guru
         Guru yang tidak disiplin adalah guru yang memberikan contoh yang buruk terhadap siswanya. Sehingga akan berdampak terhadap tingkat kedisiplinan siswanya. Siswa yang berkualitas pastilah memliki guru yang berkualitas di tingkat disiplin. Karena kedisiplinan adalah sebuah senjata untuk kemajuan pendidikan ( proses belajar mengajar).
Sebagai guru seharusnya kita mengetahui kode etik keguruan dimana di dalam kode etik diatur ketentuan-ketentuan kita sebagai guru yang professional. Kode etik tersebut mengatur tingkat kompentensi dan kedisiplinan guru dalam mengembangkan sebuah prospektif sebagai seorang guru yang layak sebagai standar keguruan.
C.     Media Pembelajaran
Ketidakmerataan pendidikan membuat sarana dan prasarana penunjang proses pelajaran menjadi tergangu. Misalnya dalam pembelajaran matematika memerlukan sebuah media pendukung seperti alat peraga matematika dalam proses pembelajaran.
Seharusnya dalam masalah tersebut adanya campur tangan pemerintah dalam menanggapi persoalan tersebut. Karena sebagai pemerintahan yang baik, harus memperhatikan akan kualitas pendidikan yang ada di suatu Negara. 

NOMOR 3 (Apakah definisi Aksioma, Postulat, Dalil, dam Teorema)

    3.a. aksioma adalah pendapat yang dijadikan pedoman dasar dan merupakan Dalil Pemula, sehingga   kebenarannya tidak perlu dibuktikan lagi, atau suatu pernyataan yang diterima sebagai kebenaran dan bersifat umum, tanpa memerlukan pembuktian.
b. postulat adalah pernyataan yang dibuat untuk mendukung sebuah teori tanpa dapat dibuktikan kebenarannya. Contohnya adalah postulat Einstein dalam relativitas khusus tentang kecepatan cahaya.
c. dalil adalah kebenaran yang diturunkan dari aksioma, sehingga kebenarannya perlu dibuktikan terlebih dahulu.
d. teorema adalah sebuah pernyataan, sering dinyatakan dalam bahasa alami, yang dapat dibuktikan atas dasar asumsi yang dinyatakan secara eksplisit ataupun yang sebelumnya disetujui. Dalam logika, sebuah teorema adalah pernyataan dalam bahasa formal yang daat diturunkan dengan mengaplikasikan aturan inferensi dan aksioma dari sebuah sistem deduktif.

NOMOR 2 (Jelaskan Karakteristik matematika sebagai ilmu yang terstruktur, dan sebutkan unsur-unsur dalam struktur matematika)

Dont jiplaks

           2.  Matematika sebagai ilmu yang terstruktur
     Meskipun obyek matematika berupa obyek abstrak, tetapi mempunyai hubungan-hubungan yang                       terstruktur dan pola keteraturan yang terorganisir. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan meliputi titik, garis dan bidang. Titik dalam matematika di asumsikan ada, tetapi tidak dalam suatu kalimat penjelasan yang tepat untuk menjelaskannya. Demikian pula tentang garis dan bidang. Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi tersebut, selanjutnya dapat dibentuk suatu unsur yang didefinisikan, misalnya segitiga adalah kurva tertutup sederhana yang merupakan gabungan dari tiga segmen garis. Kemudian dari unsur yang tidak terdefinisikan dapat diebtuk suatu aksioma atau postulat. Misalnya dua titik berbeda menetukan sebuah garis, keseluruhan lebih besar daripada bagian-bagiannya. Untuk pembentukan teorema terdiri dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi dari aksioma atau postulat. Selanjutnya dari teorema yang telah terbentuk dapat dirumuskan lagi teorema baru sebagai pengembangan atau perluasannya.

      Adapun unsur-unsur dalam struktur matematika antara lain.
A.    Unsur-unsur yang tidak didefinisikan: titik, garis, lengkungan, bidang,bilangan, dll.
B.     Unsur-unsur  yang  didefinisikan:  sudut,  persegi  panjang,  segitiga,lengkungan tertutup, bilangan ganjil, dllc. 
C.     Aksioma dan postulat
        Misal:     - melalui dua titik sebarang hanya dapat dibuat satu garis
- semua sudut siku-siku satu dengan lainnya sama besar
- melalui sebuah titik hanya dapat dibuat sebuah garis yang tegaklurus   ke sebuah garis yang lain.
D.    Dalil  atau teorema
Misal:     - jumlah dua bilangan ganjil adalah genap
- jumlah ketiga sudut pada sebuah segitiga sama dengan 180o
- jumlah kuadrat sisi siku-siku pada sebuah segitiga siku-siku samadengan kuadrat sisi miringnya

NOMOR 1 (Jelaskan tujuan pendidikan yang pertama kali dikenalkan oleh Benjamin. S. Bloom serta proses kognitif yang diperkenalkannya)

Orang pintar gak plagiat
      1. Pada tahun 1956 Benjamin S. Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan mengemukakan Konsep       Taksonomi Bloom. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah(domain), yaitu kognitif,   afektif dan psikomotorik. Setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.                                                          
      Tujuan pendidikan Bloom dibagi menjadi tiga yaitu :
A.    Ranah kognitif (cognitive domain)
      Ranah kognitif merupakan ranah yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
·         Pengetahuan (Knowledge)
         Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dsb.
·         Pemahaman (Comprehension)
       Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yg diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dsb.
·         Aplikasi (Application)
      Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram atau pareto chart.
·         Analisis (Analysis)
      Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
·         Sintesis (Synthesis)
      Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
·         Evaluasi (Evaluation)
      Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.

B.     Affective Domain (Ranah Afektif)
      Pada ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Ranah ini terbaagi atas empat kategori antara lain.
·         Penerimaan (Receiving/Attending)
      Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
·         Tanggapan (Responding)
      Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
·         Penghargaan (Valuing)
      Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
·         Pengorganisasian (Organization)
      Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex). Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
C.     Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)
      Ranah psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Ranah psikomotor terbagi atas 5 kategori. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
·         Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
·         Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.

·         Guided Response (Respon Terpimpin)
      Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
·         Mekanisme (Mechanism)
      Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
·         Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
     Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
·         Penyesuaian (Adaptation)
       Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
·         Penciptaan (Origination)
      Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.
    Proses kognitif yang dikemukan oleh Benjamin. S. Bloom di uraikan pada tabel sebagai berikut
Kecakapan
Definisi
Kata Kunci
       Pengetahuan
           Mengingat kembali informasi                             
      identifikasi, deskripsi, nama, label, pengenalan, reproduksi, menyertai, mengikuti
       Pemahaman
      Pemahaman terhadap makna,  interpretasi dari sebuah konsep
      ringkasan, mengubah, mempertahankan, mengartikan, interpretasi, pemberian contoh
         Penerapan               
     Penggunaan dari informasi atau konsep dalam suatu situasi yang baru
     membangun, membuat, model, perkiraan, prediksi, persiapan
          Analisis                   
       Memecah informasi atau konsep ke dalam beberapa bagian untuk menjadikannya lebih mudah dipahami
membandingkan, memecah, membedakan, memilih, memisahkan
      Penggabungan / penciptaan kembali / sintesa
      Menggabungkan beberapa gagasan secara bersama untuk membentuk sesuatu yang baru
      kategorisasi, generalisasi, rekonstruksi
       Evaluasi                      
       Memutuskan nilai dan manfaat  
      meninjau, kritik, menilai, argumentasi, dukungan














Soal Latihan SPLDV

Soal No. 1 Diberikan dua persamaan linier 2x + y = 12 dan x − y = 3 . Tentukan nilai x dan nilai y dengan menggunakan metode eliminasi! Pem...