Monday, April 23, 2012

Peran teknologi dalam pengembangan pendidikan di Indonesia


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1     Hakekat Teknologi Pendidikan
Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan permesinan, namun sesungguhnya teknologi pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977). Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya lebih konkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP dan sebagainya.
Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan,melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia (AECT, 1977).
Sejalan dengan hal tersebut, maka lahirnya teknologi pendidikan lahir dari adanya permasalahan dalam pendidikan. Permasalahan pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu / kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah kualitas, tentu saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan.
Terdapat tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yaitu : pendekatan sistem, berorientasi pada mahasiswa, dan pemanfaatan sumber belajar (Sadiman, 1984). Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu desain / perancangan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural meliputi : identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media evaluasi pembelajaran (IDI model, 1989).
Prinsip berorientasi pada mahasiswa berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik,minat, potensi dari mahasiswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran mahasiswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya.Satu hal lagi lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar mahasiswa. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidikan adalah bagaimana mahasiswa dapat belajar, dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar.
Hal ini sesuai dengan ditandai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. Dalam definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa ” Teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam hal desain, pengembangan, pemanfaatan, mengelolaan, dan evaluasi terhadap sumber dan proses untuk belajar” (Barbara, 1994)
Teknologi pendidikan dikembangkan berdasarkan pada sejumlah asumsi tersebut di atas, diantaranya “pendidikan dapat berlangsung secara efektif baik di dalam kelompok yang homogen, heterogen, maupun perseorangan (individualized)”, dan “belajar dapat diperoleh dari siapa dan apa saja, baik yang disengaja dirancang maupun yang diambil manfaatnya”. Ini menunjukkan bahwa bila seseorang mempunyai kesadaran, dan minat untuk belajar, dia dapat mengambil pelajaran dari siapa saja; tidak hanya dari orang tua dan guru, melainkan juga dari teman sebaya, pemuka masyarakat, dan anggota masyarakat.

2.2       Pengertian Teknologi Pendidikan

2.2.1 Teknologi Pendidikan menurut Percival & Ellington, 1984 (Inggris)
      Pada halaman 19  – 20 dari buku tentang “Educational Technology”, mereka mengutip definisi Council for Educational Technology for the UK, yang menjabarkan teknologi pendidikan sebagai  pengembangan, penerapan dan evaluasi atas sistem, tehnik, serta alat bantu untuk meningkatkan proses belajar (manusia).  Selain definisi ini, mereka juga mencantumkan definisi yang berasal dari National Centre for Programmed Learning, UK.  Definisi tersebut berbunyi antara lain “teknologi pendidikan adalah penerapan pengetahuan ilmiah mengenai belajar dan kondisi belajar untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi pengajaran dan pelatihan.   Jika tidak ada temuan atau prinsip ilmiah, maka teknologi pendidikan menggunakan tehnik teruji secara  empirik  untuk meningkatkan proses belajar”.
      Mereka berpendapat pola terapan teknologi pendidikan terjadi berupa  proses berulang dan  pendekatan sistem sebagai alur berpikir dalam merancang situasi mengajar / belajar dan memanfaatkan metode atau tehnik apa saja yang dianggap sesuai untuk pencapaian tujuan belajar.  Pendekatan sistem (dijelaskan pada Kegiatan Belajar 2 modul ini) diharapkan agar dapat diselaraskan dengan rancangan materi dan luwes terhadap perkembangan terbaru proses belajar serta kemajuan di bidang pendekatan mengajar / belajar berikut metodenya.

2.2.2 Definisi Teknologi Pendidikan / Instruksional Menurut Association for   Educational Communications and Technology atau AECT (Amerika Serikat)
            Organisasi profesi teknologi pendidikan tertua ini berulang kali merumuskan batasan yang memadai mengenai teknologi pendidikan.  Beberapa definisi yang dianggap kokoh dan permanen diantaranya adalah definisi yang diluncurkan oleh Komisi khusus AECT tahun 1977 dan definisi yang diluncurkan oleh Seels & Richey tahun 1994 dan masih disponsori oleh organisasi profesi ini.  Berikut rinciannya.
a.      Rumusan Tahun 1972
      “Teknologi pendidikan sebagai bidang garapan yang terlibat dalam penyiapan fasilitas belajar (manusia) melalui penelusuran , pengembangan, organisasi, dan pemanfaatan sistematis seluruh sumber-sumber belajar; dan melalui pengelolaan seluruh proses ini”.Definisi di atas diambil dan disarikan dari rumusan sebelumnya, yaitu tahun 1963, 1970, dan 1971.  Sewaktu merumuskan definisi tadi, para pakar menyatakan teknologi pendidikan sebagai  bidang garapan.  Mereka berusaha mencari peluang keahlian yang dapat dijadikan sebagai ‘pekerjaan’ dan mengembangkan keahlian tersebut berdasarkan pengalaman kerja yang diperoleh.
b.      Rumusan Tahun 1977
      Definisi teknologi pendidikan berbunyi, “….. proses yang rumit dan terpadu, melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis dan mengolah masalah, kemudian menggunakan, mengevaluasi, Modultp-DSP\home-modulkb1rev.doc 13 dan mengelola seluruh upaya pemecahan masalahnya yang termasuk dalam seluruh aspek belajar (manusia)”.
c.       Rumusan Tahun 1994
      Setelah 17 tahun menerapkan konsep yang sama, akhirnya AECT melalui 2 anggotanya meluncurkan definisi terbaru.  Rumusan tersebut berbunyi, “teknologi instruksional merupakan teori dan terapan atas rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi atas proses dan sumber-sumber belajar”. Bidang garapan yang mencakup “lahan” pekerjaan yang dapat dilakukan dan termasuk dalam lingkup teknologi pendidikan.  Menurut AECT (1994) bidang garapan teknologi pendidikan mencakup seperti skema di bawah ini.
d.      Rumusan Tahun 2004
Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan / memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik/joyfull) dan meningkatkan kinerja.
2.2.3  Michael Molend
Menyela diantara kekosongan selama 17 tahun, Molenda (1989) mencoba merumuskan teknologi pendidikan sebagai “seni sekaligus  ilmu (pengetahuan) mengenai kegiatan merancang, memproduksi  dan melaksanakannya dengan cara ekonomis namun anggun / canggih, pemecahan masalah instruksional – dalam bentuk media cetak atau media pandang-dengar, kuliah, atau keseluruhan sistem instruksional  – yang mengatur dan mempersiapkan proses belajar dengan efisien dan efektif.  Molenda menekankan perpaduan antara unsur seni sekaligus ilmiah dalam menyelenggarakan proses belajar dengan cara berhemat tetapi tidak mengesampingkan mutu hasil belajar.
2.2.4  Robert M Gagne
Bagi Gagne, “teknologi Pendidikan menyangkut teknik praktis dari penyampaian instruksional yang melibatkan penggunaan media.  Tujuan utama bidang teknologi pendidikan adalah meningkatkan dan memperkenalkan penerapan pengetahuan tadi dan memvalidasikan prosedur dalam rancangan dan penyampaian instruksional”.  Gagne menginginkan upaya pengolahan materi belajar menjadi prioritas agar  interaksi  belajar terjadi.  Interaksi belajar timbul karena si belajar sedang menyerap materi dan menginterpretasikannya sendiri – menulis kembali satu alinea, atau mengingat rumus – bisa pula terjadi antara si belajar dengan orang lain, misalnya guru, temannya, atau narasumber lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai.
2.3     Perkembangan Teknologi Pendidikan
Perkembangan teknologi pendidikan menjadi sangat singkat jika dihitung bagaimana jabatan dan pola pikir telah dibawa bersama sama untuk menciptakan bidang galian dari teknologi pendidikan . Peserta didik dari teknologi pendidikan sepanjang tahun 1960 pada umumnya mengikuti salah satu dari dua jalur berikut yaitu pendekatan Audio Visual atau belajar terprogram yang masing masing telah dihubungkan dengan sejumlah kerangka konseptual, adopsi praktis dari kegitan mereka, pelatihan dan kepribadian mereka.
Bagaimana gerakan terbentuknya teknologi pendidikan dimulai oleh salah satu pakar yaitu Dr. James Finn, yang pada saat itu menjadi kepala devisi pendidikan audio visual (DAVI), salah satu tulisan Finn yang terkenal adalah tentang Teknologi dan Proses Pembelajaran. argument utamanya adalah bahwa dalam banyak bidang, masyarakat Amerika Utara telah diubah oleh teknologi dan teknologi itu tak bisa diacuhkan pengaruhnya terhadap pendidikan, cepat atau lambat.
Pada waktu itu dua kecenderungan utama yang dapat membedakan tetapi mereka mengalirkan pada arah kebalikan, yaitu : yang pertama adalah kecendrungan ke arah pembelajaran teknologi masa , seperti dengan mencontohkan keunggulan televisi. Dan yang kedua adalah kecendrungan ke arah individualisme.
Teknologi Pendidikan muncul sebagai bidang studi dan kategori jabatan baru pada tahun 1960, tetapi sebelum itu banyak peristiwa sejarah yan menjadi dasar dari sebuah pondasi teknologi pendidikan secara keseluruhan. Seperti perkembangan Instruksional atau pengajaran. Disini penulis akan menuliskan lebih lanjut mengenai sejarah perkembangan tersebut, menyangkut perkembangan Teknologi Instruksional, terdapat beberapa pendapat mengenai hal tersebut, mereka membaginya ke dalama beberapa periode, di antaranya Sebagai berikut :       
Periode 1932 – 1959, Brown (1984) membahas penjelasan yang dikemukakan Seattler sekitar perkembangan teknologi instruksional. Seattler mengemukakan bahwa teknologi instruksional memiliki dua landasan filosofis dan teoritis yang sangat berbeda,yaitu; physical science dan yang kedua behavior sicence. Seattler menjelaskan bahwa konsep ilmu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional biasanya berarti penggunaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa, seperti projektor, tape recorder, televisi dan teaching mekanik untuk menyajikan sekolompok materi instruksional., cirinya adalah bahwa konsep ini memandang berbagai media sebagai pembantu untuk mengajar dan berkecendrungan untuk lebih memperhatikan alat dan prosedur dari pada memperhatikan perbedaan individual siswa atau materi pelajaran. Gagasan yang paling berpengaruh dan berakar pada konsep imu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional ialah memasukkan material (audio visual) dan mesin (proyektor atau gambar hidup. dan mesin (proyektor atau gambar hidup).
Periode 1970 – 1983, Mendekati akhir tahun 1970, muncul kembali pendekatan kognitif dalam pembelajaran. Banyak ahli pikologi yang mengusulkan hal tersebut, salah satunya Wittrock. Menurutnya penekatan kognitif berimplikasi bahwa belajar dan pengajaran secara ilmiah akan lebih produktif bila dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat internal, yakni suatu proses kognitif berperantara dari pada sebagai produk langsung dari lingkungan , orang atau faktor eksternal lainnya.
Periode 1983 – muthakir, Pada masa ini berlangsung kekacau balauan akibat pertengkaran dari landasan teoritik teknologi instruksional. Perbedaan pendapat ini terutama dialamatkan kepada para perintis audio Visual. Seperti Salomon, yang menganggap audio visual itu sebagai agen informasi dan bukan sebagai stimulus yang langsung untuk respon tertentu. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa media tidak lebih dari kendaraan yang mengangkut para ahli ke konfrensi pemecahan masalah dan memberi sumbangan terhadap pemahaman para ahli tentang masalah tersebut.
2.4     Peran Teknologi Dalam Pengembangan Pendidikan
Penerapan teknologi pendidikan dalam pendidikan hendaknya membuat proses pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya lebih efisien, lebih efektif dan memberikan nilai tambah yang positif.
Efektif dan efesien berarti upaya pendidikan yang dilakukan hendaknya dapat mencapai tujuan yang telah digariskan dengan sedikit mungkin mengeluarkan biaya, tenaga, dan waktu. Kondisi seperti tersebut di atas dimungkinkan karena teknologi pendidikan memiliki beberapa potensi sebagaimana yang dikemukakan oleh Ely dalam Sadiman (2000) sebagai berikut:
2.4.1     Meningkatkan produktivitas pendidikan
a.      Mempercepat laju belajar
Teknologi pendidikan sebagai media pembelajaran akan membantu proses belajar menjadi lebih cepat dengan cara memfokuskan informasi pada bagian yang penting yang akan disampaikan.
b.      Membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik
      Efisiensi waktu memiliki hubungan yang berkesinambungan dengan laju proses pembelajaran.
c.       Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar anak. Dengan demikian guru akan lebih banyak berfungsi sebagai manager pembelajaran.
2.4.2     Memberikan pendidikan yang sifatnya lebih individual
a.      Mengurangi kontrol guru yang kaku dan konvensional,
      Teknologi akan memfleksibelkan fungsi guru karena guru tidak harus menjadi pusat pembelajaran melainkan menjadi fasilitator dan konsultan dalam proses belajar
b.      Memberikan kesempatan anak belajar secara maksimal,
      Anak harus belajar secara maksimal karena dalam teknologi pendidikan siswa dituntut berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya.
      Dapat melayani karakteristik individu yang berbeda-beda, karena adanya berbagai pilihan sumber belajar.
      Karakter individu yang berbeda-beda tidak menutup kemungkinan adanya penurunan minat belajar dengan media pembelajaran yang monoton dan minim kreasi. Sehingga diperlukan media pembelajaran yang beragam agar minat belajar siswa menjadi meningkat.
2.4.3     Memberikan dasar yang ilmiah pada pengajaran
a.      Perencanaan program pengajaran yang lebih sistematis
      Perencanaan program pengajaran menjadi tersusun secara rapi dan sistematis dengan adanya bantuan teknologi. Sistem operasi dan perangkat lunak yang ada memberikan fasilitas untuk memudahkan penyusunan program.
b.      Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku  manusia
      Pengembangan bahan ajar disesuaikan dengan cara penyesuaian perilaku,sikap dan nilai-nilai yang ada pada  manusia. Sesuai dengan kodrat kita sebagai sebagai makhluk berilmu, pengembangan bahan pengajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan seseorang.
2.4.4       Lebih memantapkan pengajaran
a.      Meningkatkan kemampuan guru dengan berbagai media komunikasi
      Teknologi akan menjadi media komunikasi dalam pengajaran. Guru akan dituntut dapat menguasai media tersebut. Agar guru tidak kekurangan informasi dalam penyampain materi sehingga guru dapat memberikan informasi yang luas untuk siswanya.
b.      Penyajian data informasi secara lebih kongkrit
      Penyajian data informasi harus sesuai dengan kenyataan yang ada, sesuatu yang ilmiah haruslah di uji kebenarannya, dan sesuatu yang sosial harus di sesuaikan dengan kondisi di lapangan.
2.4.5       2.4.5     Kemungkinan belajar secara seketika
a.      Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah,
      Dunia teknologi akan sangata berperan dalam perluasan wawasan siswa tentang dunia luar. Berbagai macam teknologi seperti media internet akan membawa siswa ke dunia yang belum pernah dijelajahinya.
b.      Memberikan pengetahuan langsung apa yang ada di luar sekolah dapat dibawa         masuk ke kelas.
      Pengetahuan yang ada di luar sekolah dapat langsung disampaikan di kelas dengan cara membawa media pembelajaran yang interaktiff untuk siswa baik dalam bentuk audio, visual, maupun audio-visual (video).
2.4.6 Memungkinkan penyajian pendidikan secara lebih luas, terutama dengan adanya media
a.        Pemanfaatan bersama secara lebih luas tenaga atau kejadian yang langka
      Dengan ada bangtuan dari teknologi segala informasi yang terbaru dapat didapatkan dengan mudah. Dengan adanya banyak jaringan sosial yang kita miliki maka, semua segala data informasi yang kita inginkan dapat terpenuhi.
b.       Penyajian informasi menembus batas geografis.
      Pada bagian ini siswa akan dituntut oleh guru untuk dapat mencari informasi sedalam-dalmnya dan sebanyak-banyaknya. Sehingga diperlukan teknologi yang canggih seperti internet untuk mencari informasi tersebut sehingga tidak ada pembatasan geografis di dalamnya.

2.5      Dasar Pemikiran Perlunya Teknologi Dalam Pendidikan di Indonesia
Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum di dalam sistem pendidikan dan dalam perkembangan proses kehidupan manusia, maka pengembangan kurikulum harus dikerjakan dengan teliti.  Pengembangan kurikulum membutuhkan landasan yang kuat dan didasarkan atas berbagai hal, misalnya landasan filosofis, analisis, psikologis, empiris, politis dan lain sebagainya.
Dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang  Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 menegaskan paling tidak terdapat dua tujuan Pendidikan Nasional, yaitu memiliki pengatahuan dan keterampilan. Menurut Soedijarto (1993: 70) pendidikan nasional selain bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa masih dituntut pula untuk : (1) meningkatkan kualitas manusia, (2) meningkatkan kemampuan manusia termasuk kemampuan mengembangkan dirinya, (3) meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia, dan (4) ikut mewujudkan tujuan nasional. Dengan menyadari hal tersebut, pengembangan kurikulum perlu selalu berorientasi pada perkembangan zaman dan masyarakat.
Selanjutnya dalam pasal 37 UU No.2 Tahun 1989, menyiratkan kaidah-kaidah bahwa kurikulum harus dapat memberikan suatu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk dapat: (1) mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan serta kemampuan mengembalikan diri, (2) kemampuan akademik dan/atau profesional untuk menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, maupun untuk kesenian (Soedijarto, 1993: 47).
Sementara itu, Ki Hajar Dewantara (1946: 15) menyatakan bahwa kebudayaan merupakan faktor penting sebagai akar pendidikan suatu bangsa. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam mengembangkan kurikulum, kedudukan kebudayaan merupakan variabel yang penting.
Ahli lain seperti Print (1993 : 15) menyatakan pentingnya kebudayaan sebagai landasan bagi pengembangan kurikulum dan kurikulum adalah konstruksi dari suatu kebudayaan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan totalitas cara seseorang hidup dan mengembangkan kehidupannya, sehingga ia tidak hanya menjadi landasan di mana kurikulum dikembangkan, melainkan juga menjadi sasaran hasil pengembangan kurikulum itu.
Winarno Surakhmad (2000: 4) menyatakan bahwa kurikulum masa depan adalah kurikulum yang mengutamakan kemandirian dan menghargai kodrat, hak, serta prestasi manusia. Ini berarti dalam pengembangan kurikulum sesuatu yang konkret dan bersifat empiris dari suatu komunitas sosial tidak dapat dipisahkan, di samping tuntutan kemampuan masyarakat itu sendiri.
Dengan bercermin pada kondisi masyarakat Indonesia saat  ini yang sedang ditempa oleh fenomena sosial yang amat besar, yaitu gelombang reformasi dan isu-isu yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan lingkungan hidup maka perlu kajian-kajian yang mendalam guna reposisi maupun reorientasi kurikulum.
Tuntutan masyarakat pada hakikatnya adalah amat kompleks dan beragam, sebab hal ini erat kaitannya dengan kondisi psikologis tiap-tiap individu. Perbedaan individu berhubungan dengan perkembangannya, latar belakang sosial budaya, dan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya, merupakan hal-hal yaang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum.
Landasan lain yang diperlukan dalam pengembangan kurikulum adalah teori belajar, yaitu tentang bagaimana peserta didik belajar. Banyak sekali teori belajar yang dikenal saat ini. Teori-teori tersebut dikembangkan terutama dari psikologi, Ratna Wilis Dahar (1989) antara lain menyebutkan: (1) Behaviorisme Ivan Pavlov: Classical Conditioning; E.L. Thorndike: Hukum pengaruh; B.F.Skinner: Operant Conditioning, (2) Cognitive ( Akomodasi dan Asimiliasi dari Piaget; belajar bermakna dari Ausubel; Skemat), dan sebagainya tentu saja amat berguna dalam pengembangan kurikulum.
Marpaung (2000:2) dalam hasil wawancaranya dengan guru antara lain menyebutkan bahwa apabila siswa ditanya oleh guru dan apabila pertanyaan yang diajukan oleh guru agak sulit dan mereka tidak yakin bahwa jawabannya benar maka mereka akan diam. Hasil penelitan Munawir Yusuf (1997: iii) menyebutkan bahwa terdapat: (a) 68% siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca, (b) 71,8 % kesulitan belajar menulis, dan (c) 62,2% kesulitan belajar berhitung. Dua contoh tersebut merupakan satu dari masalah yang berkaitan dengan hal”bagaimana” seharusnya memperoleh perolehan sehingga peserta didik diajak untuk berpikir dan menghayati bahan ajarnya.
Gencarnya perkembangan iptek menuntut adanya manusia-manusia yang kreatif agar mereka dapat memasuki dunia yang amat kompetitif. Berkaitan dengan hal tersebut, M.S.U. Munandar ( 1987: 56-59) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur yang ada.
Dari beberapa pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikkulum Pendidikan Teknologi untuk siswa di jenjang pendidikan dasar tampaknya merupakan salah satu alternatif yang dapat mengatasi masalah berkaitan dengan pembudayaan teknologi. Pendidikan teknologi pada hakikatnya merupakan materi pembelajaran yang mengacu pada bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di mana peserta didik diberi kesempatan untuk membahas masalah teknologi dan kemasyarakatan, memahami dan menangani peralatan hasil teknologi, memahami teknologi dan dampak lingkungan, serta membuat peralatan-peratalatan teknologi sederhana melalui kegiatan-kegiatan merancang  dan membuat (BTE, 1998:7).
2.6         Dasar Pertimbangan perumusan
Adanya rasa tanggung jawab untuk menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas, maka kurikulum Pendidikan Teknologi untuk siswa jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) merupakan salah satu kurikulum yang “bertugas” menghidupkan budaya teknologi dalam abad “teknologi” ini.
Di berbagai negara dirasakan bahwa pendidikan teknologi perlu diperkenalkan pada peserta didik sejak usia dini. Hal ini amat dibutuhkan, sebab dalam kehidupan di sekitar umat manusia banyak sesuatu hal yang merupakan hasil teknologi. Sathweld dan Gugger berpendapat bahwa (1) teknologi merupakan aplikasi pengetahuan, (2) teknologi merpakan “application Based” karena merupakan kombinasi dari pengetahuan, pemikiran, dan tindakan, (3) teknologi  mengembangkan kemampuan manusia karna dengan teknologi memungkinkan manusia mengadaptasi dan menata dunia fisik yang telah ada, dan (4) teknologi berada dalam ranah sosial dan ranah fisik karenanya dikenal adanya teknologi keras dan teknologi lunak.
Pertanyaannya adalah, teknologi yang mana, teknologi yang bagaimana, dan teknologi untuk siapa yang cocok dan tepat bagi anak seusia SD dan SMP. Dalam kaitan ini, Soedijarto (2000: 81) memberi panduan bahwa materi apa pun yang dipelajari siswa ukuran keberhasilannya adalah: (1) melahirkan manusia yang memiliki kemampuan meningkatkan mutu kehidupan ( meningkatkan penghasilan dan daya beli, meningkatkan kesehatan, dan berbagai diemensi kehidupan yang menunjukkan kebermutuan kehidupan, dan (2) martabat manusia ( memperoleh kehidupan dan pekerjaan yang layak).
        Untuk mencari “apa”nya pendidikan teknologi di pendidikan dasar, dapat menggunakan pendekatan keempat model konsep pengembangan kurikulum, yaitu
        Kurikulum subjek akademis, sebab pada dasarnya teknologi ada sejak manusia itu ada, dan pengetahuan tentang teknologi begitu banyak;
        Kurikulum humanistik, sebab pendidikan teknologi mengajarkan bagaimana setiap individu dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya;
        Kurikulum teknologi, sebab pendidikan teknologi selain peserta didik memiliki kompetensi-kompotensi tertentu, juga dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan pendakatan desain pembelajaran tertentu;
        Kurikulum rekonstruksi sosial, sebab konsep pendidikan teknologi dapat dengan mudah terbentuk pada diri peserta didik melalui aktivitas atau eksperimen (Confrey, 1990: 20). Hal ini dapat dipandang bahwa peran interaksi sosial merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengembangan kurikulum teknologi.
Diperuntukkan kepada “siapa” pendidikan teknologi tersebut? Tampaknya teori perkembangan Piaget dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan kurikulum pendidikan teknologi di jenjang pendidikan dasar tersebut. Dalam teori Piaget dinyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik.     Menurut teori ini, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual yang dilalui peserta didik dan dibagi dalam empat tahap, yaitu (1) tahap sensorimotor, ketika anak berumur 1,5-2 tahun, (2) tahap pra operasional, ketika anak berumur 2/3-7/8 tahun, (3) tahap pra konkret, ketika anak berumur 7/8-12/14 tahun, dan (4) tahap operasional formal, ketika anak berumur 14 tahun ke atas ( Dahar, 1989: 149-165).
Selanjutnya, teori ini juga menjelaskan bahwa proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahap, yaitu (1) asimilasi, proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif seseorang, (2)  akomodasi, proses kognitif seseorang dengan pengetahuan yang baru, dan (3) ekuilibrasi, proses penyeimbangan mental setelah terjadi proses asimilasi dan akomodasi.
Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana pula pembelajaran pendidikan teknologi dilaksanakan di sekolah? UNESCO melalui the International Commission on Education for the Twenty-first Century yang dipimpin oleh Jacques Delors sebagaimana dikutip Soedijarto (2000: 85) menyatakan untuk memasuki abad ke-21 pendidikan perlu dimulai dengan empat pilar proses pembelajaran, yaitu (1) learning know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together.Lebih lanjut Sodijarto  menyatakan bahwa pembelajaran ideal  ini dengan sendirinya akan selalu berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan peserta didik dan akan dapat menghasilkan manusia terdidik yang mampu membangun masyarakatnya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasakan manfaat dari pendidikan.
Dengan adanya suatu lembaga pendidikan yang dirasakan manfaatnya oleh peserta didik maupun, kiprah dunia pendidikan akan dapat memperoleh dukungan dan peran serta aktif dari peserta didik maupun masyarakat itu sendiri.
Dari beberapa pertimbangan yang telah dikemukakan diatas maka dalam menentukan rumusan tujuan pembelajaran dan bahan ajar, pendidikan teknologi atas hal-hal sebagai berikut.
a.      Rumusan Tujuan
Tujuan pendidikan teknologi hendaknya mengacu pada pencapaian tujuan Pendidikan Nasional yang terdapat pada Pasal 4 UU No. 2 Tahun 1989, yaitu untuk mengembangkan manusia yang utuh, meliputi : (1) keimanan dan ketekwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, (2) sehat jasmani dan rohani, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) berkepribadian yang mantap dan mandiri, dan (5) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan teknologi hendaknya mengacu pula pada pencaian tujuan pendidikan dasar yang terdapat pada Pasal 3 PP No. 27 Tahun 1990, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan kehidupannuya sebagai: (1) pribadi, (2) anggota masyarakat, (3) warga Negara, (4) anggota umat manusia dan (5) mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Tujuan pendidikan teknologi hendaknya agar para lulusan di jenjang pendidikan dasar memiliki kesadaran dan kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep teknologi beserta dampaknya, mampu mempergunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai teknologis.
b.      Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pendidikan teknologi dikembangkan atas dasar (1) pokok-pokok bahasan yang paling esensial dan representative untuk dijadikan objek balajar bagi pencapaian tujuan pendidikan dan (2) pokok bahasan, konsep, serta prinsip atau mode of inquiry, sebagai objek belajar yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan dan memiliki kemampuan untuk berkembang, mengadakan hubungan timbale balik dengan lingkungan  dan memanfaatkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak teraralkan (Soedijarto, 2000: 19-51).
Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkupkajian pendidikan teknologi yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut:
Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan, energy dan informasi.
Domain teknologi, yaitu suatu focus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pengajaran yang terdiri atas:
a.       Teknologi dan masyarakat (berintikan teknologi untu kehidupan sehari-hari,industry, profesi dan lingkungan hidup).
b.   Produk teknologi dan system (berintikan bahan, energy, dan informasi)
c.   Perancanagan dan pembuatan karya teknologi (berisikan gambar dan
 perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan).
d. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan    teknologi, hal ini anatara lain teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi energy dan bioteknologi.
Dengan ketiga ruang lingkup ini, pada dasarnya dalam pembelajaran pendidikan teknologi pesertaa didik akan memiliki kemampuan dalam hal : (1) menggunakan dan memelihara produk teknologi, (2) menyadari tentang proses teknologi dengan kerjanya, (3) menyadari dampak teknologi tehadap manusia, (4) mampu menngevaluasi proses dan produk teknologi dan (5) mampu membuat hasil teknologi alternative yang disederhanakan bahkan yang paling sederhana.
c.       Bahan Ajar yang Pokok-pokok
Dari tujuan dan lingkup pendidikan teknologi di atas, berikut adalah pokok-pokok bahan ajar yang dianggap “ampuh” untuk perserta didik di jenjang pendidikan dasar (BTE,1998), keterampilan dasar teknik, penjernihan air, bioteknologi, pengelolahan macam-macam bahan, teknologi dan profesi, teknologi produksi, persambungan dan penguatan kontruksi, konversi energy, prinsip-prinsip teknik, system teknik (mesin dan reka cipta), transpormasi dan navigasi, teknologi dan lingkungan hidup, instalasi listrik, komunikasi, computer dan teknologi control, desain teknologi terapan, dan usaha milik sendiri.
d.      Pembelajaran
Agar perolehan peserta didik menjadi bermakna, pendidikan teknologi harus dirancang dengan pendekatan oembelajaran yang mengutamakan kemampuan memecahkan masalah, mampu berpikir alternative dan mampu menilai sendiri hasil karyanya.
Hal ini selaras dengan Soedijarto (2000:69) yang merekomendasikan bahwa untuk memasuki abad ke-21 dalam proses pembelajaran diperlukan:
a.  Learning to know, yaitu peserta didik akan dapat memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam lingkungannya. Dengan pendekatan ini diharapkan akan lahir generasi yang memiliki kepercayaa bahwa manusia sebagai kalifah Tuhan di bumi diberi kemampuan untuk mengelola dan mendayagunakan alam bagi kemajuan taraf hidup manusia.
b.  Learning to do, yaitu menerapkan suatu upaya agar peserta didik menghayati proses balajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna.
c.  Learning to be, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia terdidik yang mandiri.
d.  Learning to live together, yaitu pendekatan melalui penerapan paradigma ilmu pengetahuan, seperti pendekatan menemukan dan pendekatan penyelidik akan memungkinkan peserta didik menemukan kebahagiaan dalam belajar.
2.7  Kecenderungan Teknologi Dunia Pendidikan di Indonesia di Masa Depan (Informasi)
        Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning). Kemudahan untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh perlu dimasukkan sebagai strategi utama.
a. Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan
b.  Perpustakaan dan instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku.
c. Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.
        Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan.
        Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa.
        Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.
        Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut:
         Pusat kegiatan siswa, sebagai suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.
        Interaksi dalam grup, Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya.
        Sistem administrasi mahasiswa, dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya.
        Pendalaman materi dan ujian, Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning
        Perpustakaan digital, Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk database.
        Materi online diluar materi kuliah, Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web lainnya.
2.8     Aplikasi Teknologi Perkembangan Pendidikan di Indonesia
Aplikasi teknologi pada pendidikan secara langsung akan mempengaruhi keputusan-keputusan tentang proses pendidikan yang spesifik. Umpama : aplikasi itu mempunyai dampak penting terhadap isi  (content) yang akan diajarkan, tingkat standarisasi dan  pemilihan isi, jumlah dan kualitas sumber-sumber yang tersedia.
Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia yang terpenting adalah mengenai : peningkatan mutu, pemerataan kesempatan pendidikan, dan relevansi  pendidikan dengan pembangunan nasional. Demikian luas dan jauhnya jangkauan yang  hendak dicapai oleh program pembangunan pendidikan kita, padahal di lain pihak sumber-sumber yang tersedia bertambah terbatas dan langka.
Kenyataan-kenyataan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pemecahan  masalah-masalah pendidikan kita membutuhkan alternatif-alternatif lain disamping cara-cara penyelesaian yang konvensional yang dikenal selama ini. Berbagai potensi yang dimiliki oleh teknologi dalam pendidikan lantas memungkinkannya diajukan sebagai suatu alternatif untuk memecahkan masalah-masalah tadi. Secara umum aplikasi teknologi dalam pendidikan  akan mampu :
a.    Menyebarkan informasi secara meluas, seragam dan cepat.
b.    Membantu, melengkapi dan (dalam hal tertentu) menggantikan tugas guru.
c.    Dipakai untuk melakukan kegiatan instruksional baik secara langsung maupun sebagai produk sampingan.
d.     Menunjang kegiatan belajar masyarakat serta mengundang partisipasi masyarakat.
e.     Menambah keanekaragaman sumber maupun kesempatan belajar.
f.     Menambah daya tarik untuk belajar.
g.    Membantu mengubah sikap pemakai.
h.    Mempengaruhi pandangan pemakai terhadap bahan dan proses.
i.      Mempunyai keuntungan rasio efektivitas biaya, bila dibandingkan dengan sistem tradisional.  (Miarso, 1981)
Jika semula teknologi pendidikan (dalam arti yang sangat terbatas) dipandang hanya berperan pada taraf pelaksanaan kurikulum di kelas, konsepsi baru menghendaki teknologi pendidikan sebagai masukan (input) bahkan sejak tahap perencanaan kurikulum.
Dengan demikian sudah sejak perencanaan kurikulum harus pula dikaji dan ditentukan bentuk teknologi pendidikan yang akan diterapkan. Pemilihan teknologi dalam pendidikan akan membuka kemungkinan untuk lahirnya berbagai alternatif bentuk kelembagaan baru yang menyediakan fasilitas belajar, disamping dapat melayani segala bentuk lembaga pendidikan yang telah ada Misalnya kemungkinan bagi suatu bentuk sekolah terbuka yang fasilitas dan tata belajarnya berbeda sekali dengan sekolah konvensional, tetapi dengan hasil (output) yang sama. 
Serangkaian kriteria pemanfaatan teknologi  dalam pendidikan, antara lain:  harus dijaga kesesuaiannya (kompatibilitas) dengan sarana dan teknologi yang sudah ada, dapat menstimulasikan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, serta mampu memacu usaha peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
Dengan demikian, adanya penerapan suatu teknologi dalam pendidikan akan sangat mungkin terjadi perubahan besar-besaran dalam interaksi belajar mengajar antara sumbersumber belajar dengan pelaku belajar. Salah satu kemungkinan perubahan tersebut adalah penerapan dan perubahan teknologi  dalam pendidikan.


0 comments:

Post a Comment

Soal Latihan SPLDV

Soal No. 1 Diberikan dua persamaan linier 2x + y = 12 dan x − y = 3 . Tentukan nilai x dan nilai y dengan menggunakan metode eliminasi! Pem...