Pada hakikatnya, kecerdasan menduduki tempat yang begitu penting dalam dunia pendidikan, namun seringkali kecerdasan ini dipahami secara parsial oleh sebagian kaum pendidik. Mahmud (1989:109) menyatakan bahwa sebenarnya pendapat yang menjelaskan bahwa kecerdasan orang-orang itu berbeda satu sama lain adalah sudah sejak lama. Dua ribu tahun yang lalu, Plato sudah membahas tentang hal ini. Sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas.
Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir, dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Menurut Hudojo (1988:100) memang tidak ada dua individu yang persis sama, setiap individu adalah unik. Suharyanto (1996:96) menyatakan bahwa jika perbedaan individu kurang diperhatikan, maka banyak siswa akan mengalami kesulitan belajar dan kegagalan belajar.
Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir, dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Menurut Hudojo (1988:100) memang tidak ada dua individu yang persis sama, setiap individu adalah unik. Suharyanto (1996:96) menyatakan bahwa jika perbedaan individu kurang diperhatikan, maka banyak siswa akan mengalami kesulitan belajar dan kegagalan belajar.
Kenyataan di atas menuntut agar siswa dapat dilayani sesuai perkembangan individual masing-masing. Konsekuensinya adalah pembelajaran perlu melayani siswa secara individual untuk menghasilkan perkembangan yang sempurna pada setiap siswa. (Hudojo, 1988:101). Seperti pepatah, Lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya (Uno, 2008:180). Pepatah ini cocok untuk menggambarkan bahwa setiap orang mempunyai gaya belajar sendiri-sendiri dan tak dapat dipaksakan untuk menggunakan gaya yang seragam.
Lebih lanjut, Uno (2008:18) menggambarkan sebagian siswa lebih suka terhadap guru mereka yang mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Akan tetapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut.
Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Tidak ada individu yang berbakat atau tidak berbakat. Setiap individu secara potensial pasti berbakat—tetapi ia mewujud dengan cara yang berbeda-beda. Singkat kata, tidak ada individu yang bodoh (atau setiap individu adalah cerdas). Ada individu yang cerdas secara logika-matematika, namun ada juga individu yang cerdas di bidang kesenian. Pandangan-pandangan baru yang bertolak dari teori Howard Gardner mengenai intelligensi ini telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal melayani keberbedaan gaya belajar pebelajar. Suatu cara pandang baru inilah yang mengakui ke-unik-an setiap individu manusia.
BAB II: GAYA BELAJAR
- 1. Apa Gaya Belajar Itu?
Belajar di bidang formal tidak selalu menyenangkan. Apalagi jika Anda harus belajar dengan terpaksa . Misalnya, Anda harus belajar karena itulah satu-satunya cara untuk lulus, mendapat pekerjaan atau bahkan kenaikan pangkat. Contoh lain dari keterpaksaan adalah bila Anda menyukai belajar di kelas dengan bimbingan dosen, sedangkan Anda terpaksa kuliah di Universitas Terbuka (UT) yang mempunyai sistem belajar jarak jauh.
Menghadapi keterpaksaan untuk belajar jelas bukan hal yang menyenangkan. Tidak akan mudah bagi seseorang untuk berkonsentrasi belajar jika ia merasa terpaksa. Oleh karena itu, Anda perlu mencari jalan bagaimana agar belajar menjadi hal yang menyenangkan, atau …. walaupun tetap terpaksa, tapi dapat menjadi lebih mudah dan efektif.
Para ahli di bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan. Sebagaimana kita ketahui, belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar Anda. Jika Anda mengenali gaya belajar Anda, maka Anda dapat mengelola pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana Anda dapat memaksimalkan belajar Anda. Apa gaya belajar itu?
GAYA BELAJAR | cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut | |
Atau | ||
cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut |
Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan . Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.
Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat Anda menjadi lebih pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar, Anda akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar Anda dapat optimal.
2. Pengaruh Lingkungan Belajar
Lingkungan mempengaruhi kemampuan Anda dalam berkonsentrasi untuk belajar. Anda akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi Anda, jika Anda mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi. Jika Anda dapat memaksimalkan konsentrasi, Anda mampu menggunakan kemampuan Anda pada saat dan suasana yang tepat. Dengan demikian Anda dapat menghemat energi. Coba bayangkan jika Anda termasuk orang yang suka belajar di tempat yang sepi dan tenang, sementara teman Anda mengajak belajar di rumahnya sambil memasang musik dengan keras. Mampukah Anda berkonsentrasi dengan maksimal?
Faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar.
a. Suara
Tiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap suara. Ada yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik keras, musik lembut, ataupun nonton TV. Ada juga yang suka belajar di tempat yang ramai, bersama teman. Tapi ada juga yang tidak dapat berkonsentrasi kalau banyak orang di sekitarnya. Bahkan bagi orang tertentu, musik atau suara apapun akan mengganggu konsentrasi belajar mereka. Mereka memilih belajar tanpa musik atau di tempat yang mereka anggap tenang tanpa suara. Namun, beberapa orang tertentu tidak merasa terganggu baik ada suara ataupun tidak. Mereka tetap dapat berkonsentrasi belajar dalam keadaan apapun.
b. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara. Mungkin karena relatif mudah mengatur pencahayaan sesuai dengan yang Anda butuhkan.
c. Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap konsentrasi belajar pada umumnya juga tidak terlalu dipermasalahkan orang. Namun, Anda perlu mengetahui bahwa reaksi tiap orang terhadap temperatur berbeda. Ada yang memilih belajar di tempat dingin, atau sejuk; sedangkan orang yang lain memilih tempat yang hangat.
d. Desain Belajar
Jika Anda sedang membaca, menulis, atau meringkas modul yang membutuhkan konsentrasi, coba perhatikan, apakah Anda merasa lebih nyaman untuk melakukannya sambil duduk santai di kursi, sofa, tempat tidur, tikar, karpet atau duduk santai di lantai? Jika salah satu cara tersebut merupakan cara yang membuat Anda lebih mudah berkonsentrasi untuk belajar, maka mungkin Anda termasuk orang yang membutuhkan desain informal atau cara belajartidak formal yang santai.
Jika Anda termasuk tipe yang membutuhkan desain formal, maka mungkin Anda lebih mudah berkonsentrasi jika belajar dengan kursi dan meja belajar. Lengkapi tempat belajar Anda dengan kalimat-kalimat positif, foto, gambar, atau jadwal belajar yang dapat meningkatkan semangat belajar Anda. Yang penting, sesuaikan dengan tipe Anda, baik tipe informal maupun tipe formal.
Anda telah mengetahui faktor-faktor dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar. Jadi, maksimalkan lingkungan tersebut untuk memaksimalkan konsentrasi belajar Anda.
3.Kenali Aspek Kesiapan Belajar Anda
Tahukah Anda, apa saja yang menjadi aspek kesiapan belajar? Aspek-aspek tersebut merupakan pilihan. Ada orang yang cocok dengan aspek ABC, sedangkan yang lain lebih cocok dengan aspek XYZ. Yang penting adalah Anda mengenali aspek yang menjadi penentu kesiapan belajar Anda. Jika Anda mengenalnya, Anda dapat mempersiapkan diri secara maksimal.
a. Motivasi
Motivasi tiap orang untuk belajar berbeda-beda. Motivasi sudah ada pada saat seseorang akan melakukan sesuatu, namun mungkin tidak Anda sadari. Anda perlu mengetahui apa sebenarnya motivasi belajar Anda. Atau bisa juga lebih khusus, misalnya apa motivasi Anda untuk mengambil matakuliah tertentu.
Mungkin Anda mengikuti perkuliahan di UT untuk mendapatkan gelar sarjana sebagai syarat kenaikan pangkat. Apapun motivasi Anda, cobalah untuk mengenalinya. Bergabunglah dengan mahasiswa lain yang memiliki motivasi yang sama. Dengan cara tersebut, Anda akan dapat saling memotivasi untuk berhasil. Sebagai contoh: mahasiswa yang mengikuti kuliah di UT sebagai upaya untuk persyaratan kenaikan pangkat, mungkin dapat berkumpul bersama mereka yang memiliki tujuan yang sama untuk saling memotivasi. Bayangkan, jika teman Anda berhasil untuk naik pangkat setelah lulus UT, Anda tentunya akan termotivasi untuk mengikuti jejaknya bukan?!
Anda juga dapat bergabung dengan mereka yang tujuan belajarnya berbeda untuk saling meningkatkan motivasi belajar. Apapun caranya, yang penting adalah memperkuat motivasi belajar Anda.
Motivasi menggerakkan Anda untuk mencapai tujuan…..!!! |
b. Keteraturan/ketekunan
Dalam mempelajari modul, maka orang yang mempunyai ketekunan tinggi akan berusaha membacanya sampai selesai secara teratur. Mereka akan merasa terganggu kalau suatu topik bahasan yang mereka baca belum terselesaikan. Sedangkan orang yang memiliki ketekunan rendah, mudah kehilangan minat untuk belajar. Mereka tidak merasa terganggu jika mereka tidak selesai membaca modul seluruhnya. Bagi tipe ini, mungkin tugas belajar yang cocok bagi mereka adalah tugas-tugas kecil yang termasuk “short assignment”. Cobalah membaca modul sedikit demi sedikit sambil diselingi kegiatan lain, seperti membuat ringkasan, atau mengerjakan tes formatif. Dengan cara memecah tugas belajar seperti itu, diharapkan Anda akan tetap termotivasi dalam menyelesaikan tugas jangka panjang, yaitu membaca modul secara keseluruhan.
c. Beban Tugas
Tebalnya modul yang harus Anda pelajari seringkali mematahkan semangat untuk belajar. Namun bagi mahasiswa tertentu, semakin tebal atau banyak modul yang harus dibaca, semakin bersemangat dalam belajar. Di sisi lain, ada tipe orang yang justru menganggap berat untuk membaca modul yang banyak dan tebal. Mereka cenderung termotivasi jika beban belajar sedikit. Jika Anda termasukyang alergi terhadap modul yang tebal, maka Anda dapat mencoba untuk membuat tugas membaca modul menjadi “short assignment” seperti pada aspek ketekunan. Buat jadwal membaca modul yang tidak terlalu panjang. Bacalah modul sedikit demi sedikit. Yang terpenting adalah memecah beban tugas menjadi bagian kecil sesuai dengan tipe Anda untuk menjaga semangat belajar.
Jika Anda termasuk tipe kombinasi, maka Anda dapat menggabungkan kiat-kiat belajar dari kedua tipe yang lain.
d. Terstruktur/tidak terstruktur
Mahasiswa tertentu memilih belajar dengan cara/aturan yang terstruktur.Misalnya, belajar dengan jadwal belajar yang teratur, membuat sistem kontrak dalam belajar, atau membutuhkan pengarahan yang rinci dari dosen maupun orang-orang yang lebih tahu. Sebaliknya, Anda mungkin merasa terbebani bila harus membuat jadwal belajar. Jika ini terjadi, Anda mungkin termasuk tipe orang yang tidak terstruktur. Anda tidak perlu merasa bersalah bila Anda justru tidak suka membuat jadwal belajar yang teratur. Anda tetap dapat membuat jadwal belajar dengan gaya Anda sendiri.
4.Sosialisasi Dalam Belajar
Kemampuan seseorang untuk memahami suatu materi yang sedang dipelajarinya dapat dipengaruhi oleh hubungannya dengan orang lain. Alasan kebutuhan belajar berkelompok ini bisa bermacam-macam, seperti:
- agar termotivasi untuk belajar, karena kelompok yang kuat biasanya akan saling memotivasi untuk belajar;
- lebih mudah memahami suatu informasi/pengetahuan, karena anggota dalam kelompok saling mengisi dalam belajar;
- adanya matakuliah tertentu yang menuntut belajar dalam kelompok sebagai bagian dari kegiatan atau tugas belajar. Sebagai contoh: kalau mahasiswa akan mempelajari mengenai dinamika kelompok, maka diperlukan kegiatan bersama kelompok untuk lebih memahami mengenai dinamika kelompok.
Jika Anda tidak suka belajar dalam kelompok, Anda mungkin dapat memilih belajar sendiri. Disamping itu, ada yang memiliki kecenderungan untuk belajar dengan bimbingan dari orang yang dianggap lebih tahu, seperti guru, dosen, tutor, atau bahkan alumni UT.
Coba kenali kebutuhan sosialisasi Anda. Kemandirian Anda ditentukan oleh kemampuan Anda mengenali kebutuhan sosialisasi Anda. Baik belajar sendiri, dengan bantuan tutor maupun belajar berkelompok; Anda tetap mandiri jika Anda dapat memutuskan kebutuhan sosialisasi ini. Sebagai contoh, jika Anda termasuk tipe orang yang suka belajar berkelompok. Anda memutuskan untuk mengikuti Kelompok Belajar Mahasiswa (KBM). Ini berarti Anda mengenali kebutuhan sosialisasi Anda.
BAB III: Multiple Intelligences dan Teknologi
Sekolah maupun para orang tua mengetahui pentingnya teknologi dalam pendidikan. Para guru di sekolah dan orang tua di rumah menggunakan computer untuk meningkatkan pendidikan anak-anaknya dan keterampilan di bidang komputer. Akan tetapi, muncul pertanyaan: apakah teknologi dapat memenuhi kebutuhan akan gaya belajar siswa yang berbeda-beda?
Sebagai pendidik kita tidak asing dengan pendapat bahwa masing-masing individu belajar dengan cara yang berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa masing-masing pelajar memiliki metode yang dipilihnya sendiri dalam memproses informasi dan pilihan itu berhubungan dengan “gaya belajar” individual. Sejumlah teori tentang gaya belajar telah digulirkan. Termasuk jika kita mendengar istilah gaya belajar maka kita ingat akan Howard Gardner dengan teoriMultiple Intelligencesnya. Gardner mengatakan bahwa orang memperoleh pengetahuan dengan tujuh cara yang berbeda, dan mereka memiliki kompetensi pada masing-masing ketujuh kecerdasan tersebut namun dominan hanya pada salah satunya.
Tidak perlu dipermasalahkan teori gaya belajar mana yang kita anut. Gagasan penting yang perlu kita pahami adalah semua orang belajar dengan cara yang berbeda, dan kita perlu mempertimbangkan hal itu ketika merencanakan pembelajaran. Bahkan guru pun memiliki gaya mengajar yang berbeda, dan hal itu cenderung berkaitan erat dengan cara terbaik mereka dalam belajar. Tidak ada satu metode pengajaran yang dapat merangkul semua pelajar. Karena siswa yang belajar itu berbeda, maka kita harus menyediakan bermacam-macam metode pengajaran agar cocok dengan beragam gaya belajar yang dibawa oleh siswa ke kelas. Dalam artikel berjudul “Bucknell’s Electronic Classroom: Exploring Tomorrow’s Education Today”, Brian Hoyt dari Bucknell University menjelaskan bahwa akan ada konsekuensi-konsekuensi serius jika antara gaya belajar siswa dan gaya mengajar tidak cocok. Diantaranya situasi dimana siswa tidak mengerti apa yang diajarkan dan para professor yang frustasi dengan nilai tes yang rendah, kelas yang tidak responsive atau sikap bermusuhan, ketidakhadiran dan drop out.
A.Bagaimana mencocokkan teknologi dengan gaya belajar?
Penelitian-penelitian dalam pendidikan menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknologi siswa akan menjadi lebih termotivasi, aktif dalam pembelajaran, dapat memecahkan masalah lebih baik, serta memperoleh keterampilan berfikir kritis. Lantas, apakah berarti semua masalah pendidikan terpecahkan dengan memasukkan teknologi ke sekolah? Apakah teknologi benar-benar membantu siswa belajar, dan apakah teknologi memenuhi kebutuhan gaya belajar siswa yang bervariasi?
Belum banyak yang meneliti tentang hal tersebut, karena computer masuk ke sekolah lebih cepat daripada penelitian. Memasukkan computer ke dalam kelas dalam beberapa hal telah merubah struktur pengajaran dan pembelajaran. Guru menjadi fasilitator bagi siswa dalam memperoleh informasi daripada sebagai sumber semua pengetahuan. Sebagai pendidik yang tertarik dengan pemanfaatan computer di sekolah, kita sebaiknya mempertimbangkan bagaimana caranya teknologi dapat membantu seluruh siswa belajar. Ingat bahwa sebagaimana kita perlu memvariasikan metode pengajaran secara tradisional guna memenuhi kebutuhan semua siswa, maka kita juga harus memvariasikan cara penggunaan computer. Jadi jika kita menggunakan computer hanya untuk menulis, hanya sebagian kecil siswa yang belajar dengan cara terbaiknya. Dan perlu diingat pula bahwa dalam beberapa kasus (materi pelajaran ) pembelajaran berbasis teknologi mungkin saja bukan merupakan metode pengajaran yang paling tepat.
B. Multiple Intelligences dan Komputer
Menurut Davis (1991), computer bisa menjadi alat bernilai dan penting jika dikombinasikan dengan ketujuh Multiple Intelligencesnya Howard Gardner sehingga para pendidik dapat menyentuh siswa dengan gaya belajar yang bervariasi.
Masing-masing Multiple Intelligences dapat dilatih dan dibantu dengan penggunaan computer melalui beberapa cara berikut ini:
Linguistik : Satu cara mudah untuk memasukkan pemanfaatan computer di kelas adalah menggunakannya untuk menulis. Hal ini dapat membantu mengajarkan keterampilan bahasa, menulis, mengedit dan keterampilan menuliskan kembali. Internet memberikan fasilitas untuk berkomunikasi dan terbukti sebagai alat yang berguna dalam pembelajaran bahasa melalui e-mail dan sebagainya. Selain itu penggunaan videodisc untuk membuat presentasi atau penggunaan tape recorder.
- Logis-matematis: Banyak program computer yang mengajarkan keterampilan berfikir kritis dan logis, bahkan dalam bentuk format game (permainan) yang dapat memotivasi siswa. Banyak program latihan dan praktek yang memberikan pengalaman dalam area matematika. Program database dapat membantu siswa mengeksplorasi dan mengorganisasikan data serta informasi.
- Spasial: Program grafik membantu mengembangkan persepsi spasial dan mengembangkan kreatifitas dengan membiarkan siswa membuat desain mereka sendiri. Ada beberapa program yang dapat membantu siswa memvisualisasikan konsep-konsep matematika. Browsing internet dan mengorganisasikan files, folder dan directory dalam computer melibatkan beberapa pemahaman spasial.
- Musikal : banyak program yang membantu siswa menulis atau memainkan musik. Musik sering digunakan dalam program computer untuk menarik perhatian dan minat.
- Kinestetis Jasmani: Menggunakan computer membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Siswa kontak dengan keyboard, mouse, dan alat-alat lainnya. Bekerja dengan computer berarti siswa harus aktif terlibat dalam pembelajaran.
- Intrapersonal: Komputer dapat membantu siswa membangun keterampilan individual. Siswa dapat bekerja dengan langkahnya sendiri dengan computer. Membuat portofolio multimedia, software problem solving serta setiap program yang membiarkan siswa bekerja secara independent.
- Interpersonal: Siswa dapat bekerja bersama-sama dalam kelompok. Hal ini mendorong keterampilan seperti kerjasama dan komunikasi. Komputer mendorong cooperative learning dalam semua pelajaran.
0 comments:
Post a Comment