A. Pengertian Model Pencapaian Konsep
Pembelajaran model pencapaian konsep adalah suatu strategi mengajar bersifat induktif didefinisikan untuk membantu siswa dari semua usia dalam memperkuat pemahaman mereka terhadap konsep yang dipelajari dari melatih menguji hipotesis. Model tersebut pertama kali diciptakan oleh Joyce dan Weil (dalam Gunter, Este, dan Schwab, 1990: 1972) yang berpijak pada karya Bruner, Goodnow, dan Austin. Model pencapaian konsep bermanfaat untuk memberikan pengalaman metode sains kepada para siswa dan secara khusus menguji hipotesis.
Ada dua peran pokok guru dalam pembelajaran model pencapaian konsep yang perlu diperhatikan, adalah :
1. Menciptakan suatu lingkungan sedemikian hingga siswa merasa bebas untuk berpikir dan menduga tanpa rasa takut dari kritikan atau ejekan.
2. Menjelaskan dan mengilustrasikan bagaimana model pencapaian konsep itu seharusnya berlangsung, membimbing siswa dalam proses itu, membantu siswa menyatakan dan menganalisis hipotesis, dan mengartikulasi pemikiran-pemikiran mereka.
Dalam membimbing aktifitas itu tiga cara penting yang dapat dilakukan oleh guru.
• Pertama guru mendorong siswa untuk menyatakan pemikiran mereka dalam bentuk hipotesis, bukan dalam bentuk observasi.
• Kedua guru menuntun jalan pikiran siswa ketika mereka menetapkan apakah suatu hipotesis diterima atau tidak.
• Ketiga guru meminta siswa untuk menjelaskan mengapa (Why) mereka menerima atau menolak suatu hipotesis.
B. Tujuan-tujuan Penggunaan Model Pencapaian Konsep
Penerapan pembelajaran model konsep mengandung dua tujuan utama yaitu :
1. Tujuan Isi
Tujuan isi model konsep menurut Eggen dan Kauchak (1998) bahwa, lebig efektif untuk memperkaya suatu konsep dari pada belajar pemula (initial learning). Dan juga akan efektif dalam membantu siswa memahami hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang terkait erat dan digunakan dalam bentuk review. Dengan kata lain, penggunaan model ini akan lebih efektif jika siswa sudah memiliki pengalaman tentang konsep yang akan dipelajari itu. Bukan siswa yang benar-benar baru mempelajari konsep tersebut.
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model pencapaian konsep berkaitan dengan tujuan isi tersebut, yaitu :
1. Model pencapaian konsep didesain khusus untuk mengajarkan konsep secara eksklusif. Jadi berfokus semata-mata pada pembelajaran konsep.
2. Siswa yang diajari suatu konsep dengan menggunakan model pencapaian konsep harus memiliki latar belakang pengetahuan tentang konsep tersebut.
2. Tujuan pengembangan berpikir keritis siswa
Model pencapaian konsep lebih memfokuskan pada pengembangan berpikir keritis siswa dalam bentuk menguji hipotesis. Dalam pembelajaran harus ditekankan pada analisis siswa terhadap hipotesis yang ada dan mengapa hipotesis itu diterima, dimodifikasi, atau ditolak. Siswa harus dilatih dalam menciptakan jenis-jenis kesimpulan, seperti membuat contoh penyangkal atau non-contoh, dan sebagainya.
Oleh karena itu, tujuan pembelajaran harus ditekankan pada dua aspek tersebut, yaitu pengembangan konsep dan relasi-relasi antara konsep yang terkait erat, serta latihan berpikir keritis terutama salam merumuskan dan menguji hipotesis. Aspek penting dalam perencanaan pelajaran adalah guru harus mengetahui persis apa yang diinginkan dari siswanya.
C. Merencanakan Pelajaran Model Pencapaian Konsep
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pelajaran menggunakan model pencapaian konsep adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan materi
Seperti halnya dengan model-model pembelajaran yang lain, ketika akan menerapkan model pencapaian konsep guru harus menetapkan materi-materi yang akan diajarkan. Materi dalam hal ini bentuknya adalah konsep (bukan generalisasi, rumus, atau prinsip). Konsep yang akan dijarkan itu sebaiknya bukan baru sama sekali bagi siswa. Harus diingat bahwa model ini akan lebih efektif bila siswa yang akan diaja itu memiliki beberapa pengalaman tentang konsep yang akan diajarkan.
2. Pentingnya tujuan pembelajaran yang jelas
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tujuan penggunaan model pencapaian konsep mencakup membantu siswa mengembangkan konsep dan relasi-relasi antara konsep itu dan memberikan latihan kepada mereka tentang proses berpikir keritis terutama dalam peumusan dan pengujian hipotesis.
3. Memilih contoh dan non-contoh
Faktor yang paling penting dalam memilih contoh adalah mengidentifikasi contoh-contoh yang paling baik mengilustrasikan konsep tersebut.
Disamping itu, contoh yang dipilih juga harus dapat memperluas pemikiran siswa tentang konsep yang diajarkan sebagai contoh.
Hal yang lain juga perlu diperhatikan dalam memilih contoh adalah tidak memilih contoh yang terisolasi dari konteks. Artinya contoh yang dipilih harus ada dalam lingkungan dimana siswa beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari ataupun yang ada dalam jangkauan pemikirannya.
Selain memilih contoh positif, guru juga menyiapkan contoh-contoh negatif atau non-contoh. Dalam memilih contoh negatif, diupayakan merubah karakteristikesensial menjadi karakteristik non esensial pada konsep yang akan diajarkan dan menyajikan semua hal-hal yang bukan merupakan karakteristik esensial konsep itu.
4. Mengurutkan contoh
Setelah memilih contoh dan non-contoh, tugas akhir dalam merencanakan pelajaran adalah bagaimana mengurutkan contoh dan non-contoh itu. Jika pengembangan berpikir keritis menjadi tujuan penting bagi guru, contoh-contoh itu harus diurutkan sedemikian sehingga para siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir keritis mereka. Menunjukkan secara cepat atau lengsung makna dari konsep yang diajarkan, tidak memberi kesempatan kepada siswa dalam melakukan analisis dan akibatnya tidak menghasilkan pemahaman yang sangat dalam terhadap konsep yang dikaji.
Dalam mengurutkan conth, guru dapat melakukan dengan menyajikan dua atau lebih contoh positifm kemudian diikuti dua atau lebih contoh negatif (non-contoh).
D. Fase Pembelajaran Model Pencapaian Konsep
Sinakmatik (tahapan tahapan dalam kegiatan)
Model pencapaian konsep memiliki tiga fase kegiatan sebagai berikut
Fasepertama : penyajian data dan identifikasi konsep
- pengajar menyajikan contoh yang sudah diberi label
- pelajar membandingkan ciri ciri dalam contoh positif dan contoh negatif
- pelajar membuar dan mengetes hipotesis
- pelajar membuat definisi tewntang konsep atas dasar ciri ciri utama / esensial
Fase kedua : Mengetes pencapain konsep
1. pelajar meng identifikasi tambahan contoh yang tidak diberi label dengan menyatakn ya atau bukan
2.Pengajar menegaskan hipotesi ,nama konsp dan menyatakan kembali definisi konsep sesuai dengan ciri yang esensial
Fase ketiga : menganalisis Strategi berfikir
- Pelajar meng ungkapkan pemikiranya
- pelajar mendiskusikan hipotesis dan ciri ciri konsep
- pelajar mendiskusikan tipe dan jimlh hipotesis
-Prinsip reaksi/pengelolaan
1. Berikan dukungan dengan menitikberatkan pada sifat hipotesis
2. Berikan bantuan pada peserta didik dalam mempertimbangkan hipotesis ynagsatu dengan yang lainya
3.Pusatkan perhatian peserta didik terhadap contoh yang spesifik
4.Beri bantuan peserta didik dalam mendiskusikan dan menilai strategi berfikir yang dipakai.
1. Berikan dukungan dengan menitikberatkan pada sifat hipotesis
2. Berikan bantuan pada peserta didik dalam mempertimbangkan hipotesis ynagsatu dengan yang lainya
3.Pusatkan perhatian peserta didik terhadap contoh yang spesifik
4.Beri bantuan peserta didik dalam mendiskusikan dan menilai strategi berfikir yang dipakai.
-Sistem pendukung,
Hal hal yang dapat membantu model ini adalah berupa bahan-bahan dan data yang terpilih dan terorganisasi untuk memberikan contoh-contoh,dan juga partisipasi siswa dlam berfikir komplek sehingga dpat bertukar fikir dan bekerjasama dlam membuat unit data.
0 comments:
Post a Comment