Memasuki milenium ketiga, lembaga pendidikan dihadapkan pada tantangan yang sangat krusial, berkaitan dengan penyiapan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam masyarakat global, yang diwarnai oleh ketatnya kompetisi dan revolusi informasi sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi pribadipribadi anggota masyarakat yang mandiri. Pribadi yang mandiri adalah pribadi yang secara mandiri mampu berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada (Sagala, 2005:3), melainkan juga mampu melakukan perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru. Kemandirian ini terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif yang mewujudkan kreativitas. Sumber daya manusia seperti itu sungguh diperlukan oleh bangsa kita dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi supremasi hukum, egalitarian, dan religius.
Suatu pendekatan baru yang menarik dalam mengembangkan kreativitas telah dirancang oleh Gordon dengan nama sinektik. Model sinektik ini merupakan strategi pengajaran yang baik sekali untuk mengembangkan kemampuan kreatif dalam menulis (Joyce dan Weil, 1980:182). Dalam proses pengajaran bahasa, pengembangan dimensi kreativitas sangat penting dan dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan berbahasa. Kreativitas merupakan hal yang penting dan menjadi salah satu ciri manusia yang berkualitas. Munandar (1992:46) mengatakan bahwa kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini.
Hasil-hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengajaran beberapa bidang studi dengan model sinektik cukup berhasil. Hasil-hasil penelitian tersebut antara lain: (1) hasil penelitian yang dilakukan Heavilin di Indiana (1982) menunjukkan bahwa perkuliahan English 104 (komposisi) yang berorientasi sinektik lebih berhasil meningkatkan sikap positif terhadap mata kuliah 104 daripada sebelumnya; (2) hasil penelitian yang dilakukan oleh Dodd di Maine (1988) menunjukkan bahwa para guru yang diajar melalui program pelatihan yang berbasis sinektik meningkat kemampuannya khususnya dalam perilaku kognitif (pelatihan dilakukan selama 8 bulan terhadap 12 guru); (3) hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Mulyadiprana (1997:81) menunjukkan bahwa penerapan model sinektik dalam mengembangkan kreativitas siswa terbukti secara menyakinkan lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional, baik dalam mengembangkan keterampilan berpikir maupun dalam meningkatkan prestasi belajar.
Model pembelajaran sinektik ini tampaknya belum banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial (termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia). Oleh karena itu, model pembelajaran sinektik ini perlu dicoba untuk diuji efektivitasnya dalam meningkatkan kreativitas menulis pada siswa kelas I SMP. Apakah penerapan model pembelajaran sinektik dapat meningkatkan prestasi siswa.
2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan ruang lingkup masalah seperti yang telah dituangkan di atas, maka masalah pokok penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Apakah model sinektik yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil pembelajaran? Pertanyaan itu dirinci lagi seperti berikut.
- Aspek-aspek manakah yang dapat ditingkatkan dengan penerapan model sinektik?
- Mengkaji aspek-aspek yang dapat ditingkatkan dengan penerapan model sinektik.
- Mengkaji aspek-aspek yang berpengaruh terhadap peningkatan kreativitas siswa dalam menulis.
BAB. II
MODEL SINEKTIK DAN PENGELOLAAN KELAS.
A. Pengertian Model Sinektik
- Kata sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda
- Model Sinektik dapat dipahami sebagai strategi mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru (Gordon,1980:168).
- Model Pembelajaran Sinektik. Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun (2000:135) semua model mengajar mengandung unsur model berikut: a. orientasi model, b. urutan kegiatan (syntax), c. sistem sosial (social system), d prinsip reaksi (principle of reaction),
Dalam hal ini model pembelajaran sinektik juga harus mencakup semua unsur tersebut.
a. Orientasi Model,
Istilah sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda yang tampaknya tidak relevan. Menurut William J.J. Gordon (1980:168), sinektik berarti strategi mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru. Selanjutnya Model Sinektik yang ditemukan dan dirancang oleh William JJ Gordon ini berorientasi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan wawasan dalam hubungan sosial.
b. Rangkaian Kegiatan
Unsur kegiatan atau sintaksis merujuk pada rincian atau tahapan kegiatan model sehingga fase-fase kegiatan model tersebut teridentifikasi dengan jelas. Unsur kedua pembangun model sinektik ini adalah proses belajar mengajar sebagai struktur model pembelajaran.
Ada dua strategi dari model pembelajaran sinektik, yaitu strategi pembelajaran untuk menciptakan sesuatu yang baru (creating something new) dan strategi pembelajaran untuk melazimkan terhadap sesuatu yang masih asing (making the strange familiar). Kedua strategi dari model pembelajaran sinektik dapat dilihat pada tabel berikut.
c. Sistem Sosial
Sistem sosial menandakan hubungan yang terjalin antara guru dan siswa, termasuk norma atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan untuk pelaksanaan model. Model ini menuntut agar antara guru dan siswa terdapat hubungan yang kooperatif di mana guru menjalankan dwifungsi sebagai pemrakarsa dan pengontrol aktivitas siswa pada setiap tahap. Selain itu guru menjadi fasilitator bagi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.
d. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi bermakna sikap dan perilaku guru untuk menanggapi dan merespon bagaimana siswa memproses informasi, menggunakannya sesuai pertanyaan yang diajukan oleh guru. Tugas penting yang diemban guru pada tahap ini adalah menangkap kesiapan siswa menerima informasi baru dan aktivitas mental baru untuk dipahami dan diterapkan.
0 comments:
Post a Comment